Saturday, September 13, 2008

The Power Of Kepepet

Waktu adalah uang.
Kata siapa? Mungkin ini hanya ada dalam kamus orang - orang yang konsiten menghargai waktu, sebagai sebuah kesempatan dan peluang besar. Tapi tentunya tidak dong bagi penggemar 'jam karet'. Di negeri ini rasanya penggemar jam karet sudah jamak. Satu contoh saja, Kalau laporan bisa dikerjakan dalam satu minggu, kenapa harus dibikin satu jam. Nanti kalau sudah selesai terus mau ngapain?. Kalo bisa dibikin repot kenapa harus dibikin gampang. Kan biar kesannya ngga nganggur. Begitukah? Mungkin iyah.
Tapi akan lain ceritanya kalo 'kepepet'. Saya yakin, semua juga sudah tahu betapa dahsyatnya the "Power Of Kepepet". Ini sudah terbukti. Sekarang lihat saja, seorang karyawan akan sangat produktif ketika dia tahu, minggu depan dapet cuti. Waktu akan sangat berharga sekali. Mungkin laporan yang tadinya selesai seminggu, bisa selesai dalam satu jam. Lalu, kenapa sich seseorang itu menunda - nunda pekerjaannya, membuang - buang waktu. Ada beberapa alasan, yang diungkapkan salah seorang teman saya melalui emailnya :

1. Salah persepsi.

Kebanyakan "bekerja" dianggap sebagai sebuah "beban". Sehingga semua terasa berat adanya, tidak nyaman dan hanya membuat malas saja. Coba kalau persepsi ini diubah, "bekerja adalah berkarya". Bekerja dengan hati nurasi, semuanya akan terasa ringan dan menyenangkan. Untuk itu cintailah pekerjaan kita.

2. Merasa kewalahan

Seringkali dalam bekerja, kita merasa kewalahan, karena banyaknya pekerjaan ataupun tugas yang harus dihandle. Padahal, untuk mencapai sukses, ada tahapan - tahapan yang harus di lalui. Ibarat melakukan perjalanan 1000 km, kita harus melalui kilometer demi kilometer, jika kita sabar dan tekun, tentunya kita bisa sampai di tujuan, di titik 1000 km tersebut.

3. Takut gagal

David J. Schwartz mengatakan, "Untuk menghadapi ketakutan, bertindaklah. Untuk semakin takut - tunggulah, berhentilah, tundalah" Takut akan kegagalan ini, bisa membuat kita menunda - nunda pekerjaan, keinginan ataupun cita - cita. Misalkan saja, seorang karyawan bercita - cita menjadi pengusaha sukses. Bisa jadi dia tidak memulai apapun, karena ada bayang - bayang kegagalan di masa depan. Padahal kalo mencoba menjadi pengusaha sekarang, kemudian gagal, kemudian belajar dari kegagalan tersebut, memulai usaha lagi dan seterusnya, sampai benar - benar bisa mencapai sukses. So jangan sampai ketakutan akan kegagalan menghentikan anda.

4. Sifat alamiah.

Kalau disuruh milih antara nonton TV atau bekerja, tentu orang akan lebih memilih nonton TV. Sudah menjadi sifat alamiah manusia memilih yang enak - enak ketimbang yang menyakitkan. Jika anda termasuk orang seperti ini, maka anda akan termasuk dalam "kaum sufi" [kaum yang suka tifi]. Begitulah teman saya menyebutnya.

It's Now

Pakar manajemen waktu Alan Lakein mengatakan, "Waktu = Hidup. Sia-siakanlah waktu anda, maka anda menyia-nyiakan hidup anda. Kuasai waktu anda, maka anda menguasai hidup anda." Dan pedoman hidup anda mengatakan, "Sesungguhnya manusia beradadalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh."
So tunggu apalagi. Jangan buang - buang waktu lagi. Mumpung masih hidup, lakukan berbagai hal secara berbeda, saatnya menentukan prioritas, dan terus maju menuju kesuksesan. Kapan waktu yang tepat? SEKARANG. Kita tidak bisa lagi menunggu lebih lama. Tidak perlu lagi kita memperlakukan hidup seperti hujan. Ditunggu sampai reda, baru kemudian baru melanjutkan perjalanan.

1. Tidak ada waktu menunda

Yang Chu (440 ~ 360 SM) mengingatkan kita, "Seratus tahun adalah hidup yang panjang. Belum tentu satu orang dari seribu yang akan mencapainya. Dan jika seseorang bisa setua itu, waktunya masih didiskon dengan kehidupan bayi dan masa kepikunan. Kemudian dikurangi lagi dengan saat tidurnya. Dikurangi lagi dengan masa sakitnya. Dikurangi lagi dengan masa sedihnya. Dikurangi lagi dengan masa takutnya. Maka jumlah waktu senangnya, hanya akan sepuluh tahun saja.

Dengan begitupun, tidak ada satu jam pun yang tidak terbebas dari kekhawatiran. " Austin Dobs: "Time goes by, katamu? Ah tidak. Waktu tetap di tempatnya. Kitalah yang pergi."

2. Cepat bertindak, cepat belajar

Dari berbagai pengalaman, kita melakukan perbaikan dan akhirnya mendapatkan hasilnya. Ingatlah bahwa berbagai hal, akan kita lakukan lebih lama daripada yang kita bayangkan. Dan lagi, kita mungkin belum akan benar di saat pertama.
Kita tidak bisa memilih hari dan waktu di mana kita akan sukses. Tapi kita bisa memilih untuk melakukannya SEKARANG. Sekaranglah saatnya untuk merealisasikan bagian awal dari sukses kita.

3. Lakukan, jangan dibayangkan.

Sekalipun segala sesuatu menuntut waktu lebih lama dari yang kita bayangkan, semua itu juga lebih mudah DILAKUKAN daripada dibayangkan. Keuntungan manusiawi ini akan hilang menguap jika kita terus menunda. Saat kita menunda, jumlah tugas akan bertambah, waktu yang tersisa akan menyusut.

Saat kita ingin mewadahi segala tugas di gayung kecil waktu kita, kualitas upaya kita akan menurun drastis, dan risiko melakukan kesalahan akan menjadi lebih besar. Ikhwan Sopa mengatakan, "Segala hal lebih berat di kepala daripada dipundak."

Aidh Al-Qarni (pengarang 'Don't Be Sad' - 'La Tahzan') mengatakan, "Usahlah engkau tanggung beban dunia. Biarlah bumi saja yang menanggungnya. " Delegasikan tugas anda ke bumi, lewat jiwa dan raga anda.

4. Bertindak SEKARANG adalah kesimpulannya.

Kekuatan anda bertindak hanya ada pada SEKARANG. Anda tidak bisa bertindak BESOK, sebab besok belum tentu ada. Anda tidak bisa bertindak KEMARIN, sebab kemarin sudah tiada. KEMARIN dan BESOK tidak bisa membantu anda. SEKARANG-lah yang bisa.

5. Sekaranglah yang memberi nilai positif.

Konsekuensi dari tindakan positif akan mendongkrak nilai, rasa PD, pengetahuan, pemahaman, dan KEKUATAN anda. Adakah waktu yang lebih tepat untuk menikmati semua keuntungan itu selain SEKARANG?

6. Jadikan pemain jangan penonton.

Nikmati hidup anda SEKARANG, daripada melihat orang lain menikmati hidupnya. Jadilah pemain dan bukan penonton. Daripada menonton apa yang terjadi pada diri anda, ciptakanlah apa yang anda inginkan terjadi pada diri anda.

7. Temukanlah diri anda.

Kejutkanlah diri anda, buatlah diri anda terperangah dengan menjadi seseorang yang anda sendiri tidak pernah membayangkannya.

8. Anda pernah menyesali waktu yang telah anda sia-siakan?

Jika ya, gunakan penyesalan itu untuk memacu anda. Dengan bertahan pada prioritas, anda akan melindungi diri sendiri dari penyesalan di kemudian hari.

9. Songsonglah kesempatan.

Kesempatan memang disediakan untuk mereka yang mengambil tindakan. Sekali ia menampakkan diri, anda harus segera bertindak karena ia tak akan muncul dua kali. Jadi songsonglah kesempatan anda.

10. Jika anda menyibukkan diri, anda tak akan punya waktu untuk mengeluh atau jatuh di bawah pengaruh negatif orang lain.

11. Ciptakan lebih banyak waktu!

Jika anda selalu mengerjakan sesuatu segera setelah ia muncul, maka anda telah efisien dalam bertindak. Dan dengan begitu, anda akan punya lebih banyak waktu.

11. Alamilah kedamaian pikiran.

Anda tidak akan bisa mengerjakan semua hal yang anda inginkan. Akan tetapi, jika anda bisa mengerjakan hal terpenting yang harus dikerjakan, maka anda akan tidur dengan nyenyak. Jadi kapan? Bagaimana dengan pertengahan antara kemarin dan besok!?

Mengubah Sikap Menunda

Penundaan adalah kuburan di mana kesempatan dimakamkan. Jika waktu adalah kehidupan, maka penyia-nyian waktu adalah pembunuhan. Artinya, penundaan itu MEMATIKAN. Abraham Lincoln
mengatakan, "Berbagai hal akan datang kepada mereka yang menunggu. Akan tetapi, itu semua hanya sisa dari mereka yang bergerak."

1. Klarifikasi sasaran pribadi.

Klarifikasilah sasaran pribadi anda dengan tegas dan jelas. Pastikan anda bisa melihat atau mengingatnya di mana saja. Apa yang 'harus' adalah apa yang paling penting bagi anda. Jika keadaan memang memaksa anda untuk menunda, pertegas alternatifnya. "Saya mestinya belajar malam ini. Tapi saya terlalu lelah hari ini. Saya harus tidur. Saya AKAN belajar setelah solat Subuh."

2. Ganti 'harus' dengan 'ingin'.

Saat anda mengatakan 'harus' melakukan sesuatu, secara tidak langsung anda mengatakan 'dipaksa' melakukannya. Anda jelas akan berontak. Penundaan adalah mekanisme pertahanan anda untuk menghindari sakitnya sebuah pemaksaan.

Solusi bagi anda, adalah memahami bahwa anda memang tidak perlu mengerjakan apa yang tidak ingin anda kerjakan. Mungkin akan ada konsekuensi serius dari sikap seperti ini. Namun anda harus memahami bahwa anda memang selalu bebas dalam memilih. Tak ada seorang pun, yang memaksa anda bekerja atau berbisnis sebagaimana yang anda lakukan saat ini. Anda telah menjadi seperti sekarang ini, adalah akibat dari segala keputusan yang telah anda ambil dengan bebas selama ini.
Jika anda tidak ingin menjadi dokter, padahal anda sekarang adalah dokter, maka anda menjadi dokter adalah karena anda memutuskan untuk menjadi dokter. Jika anda memang tidak ingin dipaksa menjadi dokter, katakanlah 'tidak' pada orang tua anda misalnya. Jika anda memilih untuk tidak pernah mengatakannya, maka profesi dokter adalah pilihan anda sendiri. Dan jika sekarang anda ingin beralih profesi, itupun adalah pilihan anda sendiri. Ingatlah bahwa kebiasaan menunda tidak terjadi pada seluruh area kehidupan seseorang. Seseorang yang jagoan menunda sekalipun, selalu punya satu atau beberapa hal yang tidak pernah ditundanya.
Orang itu selalu punya pilihan untuk INGIN mengerjakannya. Artinya, kebiasaan menunda-nunda bisa dikurangi dengan memahami keberadaan pilihan. Anda bisa memilih untuk INGIN atau HARUS mengerjakan sesuatu. Ubahlah keharusan mengerjakan sesuatu, menjadi keinginan untuk mengerjakannya.

3. Ganti 'selesaikan' dengan 'mulailah'.

Saat anda merasakan bahwa pekerjaan anda tidak pernah selesai, anda akan merasa kewalahan. Berikutnya, godaan tentang waktu luang atau selesainya perkerjaan akan mulai mempengaruhi anda. Anda mulai malas dan akhirnya menunda atau membiarkan pekerjaan anda terbengkalai. Anda telah menggeser prioritas anda, hanya karena ingin menunda suatu pekerjaan.
Ubahlah cara berpikir anda. Pecahlah tugas anda ke dalam paket- paket kecil. Apalagi yang harus saya kerjakan? Mana lagi yang harus saya mulai?
Gantilah:
"Bagaimana saya harus menyelesaikan semua ini?"
Menjadi:
"Langkah kecil apa yang bisa saya mulai sekarang uga?'

4. Ganti 'All or nothing' dengan 'Better small than nothing at all'.

Berpikir bahwa pekerjaan anda harus sempurna, akan mencegah anda untuk memulainya. Percaya bahwa mengerjakan segala sesuatu yang duniawi haruslah sempurna, adalah resep untuk stress. Jebakan sempurna, akan membuat anda terlalu banyak berpikir dan akhirnya menggeser tindakan ke menit-menit terakhir. Dengan itu anda telah merasa menemukan jalan keluar. Kemudian, anda mulai bekerja. Tapi tiba-tiba, anda menyadari bahwa waktunya tidak cukup lagi. Kemudian anda meminta penambahan waktu. Dan jika anda mendapatkan waktu tambahan, anda memulainya lagi dari awal. Kemudian anda menundanya lagi. Kurang waktu - tambah waktu - kurang waktu - tambah waktu...sampai kapan? Anda tidak akan pernah sempurna!
Kesempurnaan manusia terletak pada keterbatasan dan kekurangannya. Jika manusia tidak lagi memiliki kekurangan dan keterbatasan, maka ia tidak sempurna lagi sebagai manusia. Beri izin pada diri anda untuk menjadi manusia seutuhnya. Menjadi manusia yang sempurna, lengkap dengan batasan dan kekurangannya.
Pernahkah anda temui software komputer yang sempurna? Alat yang sempurna? Benda yang sempurna? Ketidaksempurnaan dari apa yang anda kerjakan hari ini, adalah lebih baik daripada sesuatu yang sempurna tapi tak pernah terjadi.

5. Ganti 'hu...hu...hu' dengan 'ha...ha...ha' .

Ubahlah suasana kerja yang tidak nyaman dengan kegembiraan. Ciptakan jaminan bahwa anda akan bekerja dalam kegembiraan. Untuk bergembira, anda harus menciptakannya. Kegembiraan tidak tergantung pada suasana, tapi tergantung pada kemauan anda. Pernahkan anda merasakan betapa beratnya beban kerja anda? Panjangnya jam kerja anda? Tanpa bergembira? Lembur melulu? Yang itu-itu juga? Pastikanlah bagian yang bisa 'bergembira' dari diri anda. Kemudian, susunlah berbagai pekerjaan anda di sekitar dan sekelilingnya. Maka, kegembiraan anda akan terjamin.
Anda bisa senang dengan utak-atik mobil? Lakukan itu dan tunjukkan kepada teman sekantor. Anda senang ikan hias? Taruhlah akuarium di meja kerja anda. Anda senang musik? Belilah earphone agar tak mengganggu 'kesenangan' orang lain.
Sekilas, anjuran di atas seperi kontraproduktif. Sebaliknya, secara ekstrem justru membuat anda lebih produktif. Inilah yang disebut dengan 'reverse psychology'. Dengan 'settingan' seperti di atas, jika anda mulai merasa berlebihan dalam bergembira, maka anda akan mulai 'ingin' bekerja.
Anda tidak lagi merasa 'harus' bekerja, tapi anda memang menginginkannya. Motivasi anda akan melejit. Itu terjadi karena anda merasa sudah cukup bergembira. Libur yang terlalu lama, akan membuat anda rindu pada kerja. Persis seperti pengangguran yang merindukan pekerjaan.

6. Gunakan 'kotak waktu'.

Pecah tugas anda ke dalam paket-paket kecil. Kumpulkan berbagai tugas kecil anda itu dan masukkan semuanya ke dalam kotak waktu anda. Aturlah kotak waktu anda untuk 30 menit. Kelompokkan tugas- tugas kecil anda menjadi satu gugus tugas, yang seluruhnya dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang.
Setelah 30 menit, hadiahi diri anda sendiri dengan bonus yang sepadan, misalnya menonton TV, makan camilan atau hadiah lain yang cukup merangsang. Setelah itu, kerjakan lagi 'paket 30 menit' berikutnya, dan kejar hadiah yang lain. Secara umum, anda pasti punya daya tahan jika bekerja hanya 30 menit. Apalagi, jika hadiahnya cukup menggiurkan.

7. Terima diri apa adanya.

Terimalah diri anda 'apa adanya'. Berhentilah memikirkan 'ada apanya' dengan diri anda. Kebiasaan anda menunda-nunda, mungkin membebani anda. Untuk tidak menjadikannya penyebab stress lanjutan, terimalah diri anda sebagai pembelajar:
· Beri waktu bagi diri anda untuk berubah,
· Beri kesempatan bagi diri anda untuk 'naik' &'turun'
· Hargai diri anda untuk apapun yang anda kerjakan,
· Sering-seringlah memaafkan diri anda sendiri.
Setelah tanda seru berikut ini, segeralah kerjakan apapun yang anda INGINKAN!
~~~
Materi dari University of Texas at Austin Learning Center dan Chuck Gallozzi.
Courtesy from M. Yusuf [Sam design Sby]

Positive Thinking, Positive Feeling

Seorang teman pernah datang pada saya, dan mengeluhkan suasana kantor yang semakin hari semakin ngga nyaman. Dia merasa semua orang dikantor itu memusuhinya. Begitu datang ke kantor, jangankan menyapa “selamat pagi”, “halo apa kabar”dsb, untuk melihat saja males. Kalo perlu, begitu ketemu, langsung buang muka dan pergi begitu saja. Anda bisa bayangkan, bagaimana rasanya bekerja dengan rekan - rekan dalam satu departemen, tanpa ada komunikasi kecuali untuk urusan - urusan pekerjaan, itupun hanya bicara secukupnya saja. Bisa dipastikan, dalam kondisi seperti ini sedikit masalah saja dengan rekan kerja, langsung menyulut konflik frontal. Intinya dia merasa, semua orang di kantor tidak suka padanya. Sayapun coba tanya ke rekan lain. Apa jawabnya? Tak ada yang membencinya, hanya dia yang berpikiran negatif saja, dan menjauhkan diri dari rekan - rekan lain.

Saya juga pernah dengar tentang cerita dua orang anak kecil yang bertemu dengan seekor anjing galak. Salah satu anak berpikiran biasa saja tanpa rasa takut, sementara anak yang satunya lagi, berpikiran buruk terhadap anjing itu, jangan - jangan anjing itu lari mengejarnya, menggigitnya dan sebagainya. Apa jadinya? Anjing itu benar - benar mengejar sang anak yang ketakutan.

Betapa hebatnya kekuatan pikiran kita. Dalam bukunya Quantum Ikhlas, Erbe Sentanu menyebutkan, bahwa di dunia ini berlaku hukum tarik - menarik atau yang biasa disebut “The Law Of Attraction”. Pikiran manusia bisa begitu powerful. Ketika teman saya berpikiran negatif terhadap rekan lain, maka kenyataannya mengikuti apa yang dipikirkannya. Semua terasa jahat kepadanya. Demikian halnya, dalam pikiran anak kecil yang takut anjing tadi, kenyataannya, sang anjing justru mengejarnya. Untuk itu, berhati - hatilah dengan pikiran anda. Ketika kita berpikiran positive, InsyaAlloh, hal - hal positif lah yang akan datang pada. Sebaliknya, ketika kita berpikiran negatif, maka secara otomatis, kita menarik hal - hal negatif dari luar. Ini sangat selaras dengan Ayatulloh. “Tuhan itu seperti apa yang kau sangka” Maka berbaik sangkalah kepada-Nya, niscaya hal - hal baik akan terjadi dalam kehidupan anda.

Tidak hanya positive thinking yang penting, tapi juga positive feeling. Karena pikiran itu datangnya dari hati. Hatilah yang akan men-drive pikiran kita.

Tentunya teori ini tidak hanya menekankan pada positive thinking dan positive feeling saja, karena pada dasarnya, teori ini tidak berarti apa - apa tanpa disertai ikhtiyar ataupun usaha keras. Apa yang kita harapkan terjadi dalam hidup kita bukanlah mukjizat yang kebetulan, tapi semuanya melalu proses panjang.

From now on, start your day with positive feeling, positive thinking and work smart.